Permainan ini diketahui sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan bukan setelah Indonesia merdeka. Waktu itu, permainan balap karung ini dimeriahkan oleh kalangan anak-anak laki-laki yang berumur sekitar 6-12 tahun. Mereka mengikuti lomba balap karung ini sewaktu ada perayaan/hari-hari besar di sekolah-sekolah Belanda atau di kampung-kampung. Terkadang, orang dewasa juga ikut berpartisipasi dalam memeriahkan acara tersebut, tetapi hanya terbatas sebagai penggembira saja dan bukan sebagai peserta penuh.
Lomba panjat pinang menjadi perlombaan yang sangat mengasyikan, sebab hadiah yang didapat sangat menarik, dan sangat banyak.
Lalu, apakah kamu tahu dari mana asal perlombaaan panjat pinang ? Dari mana kah perlombaan panjat pinang ini berasal ?
Seperti dilansir Brilio.net, perlombaan panjat pinang ternyata bermula saat zaman penjajahan Belanda dulu. Orang-orang Belanda akan mengadakan perlombaan panjat pinang ini saat perayaan pesta pernikahan, ulang tahun dan lain-lainnya. Uniknya, yang menjadi peserta dalam perlombaan panjat pinang ini adalah orang-orang Indonesia yang antusias untuk mendapatkan hadiah yang tergantung di batang pinang tersebut.
Orang-orang Belanda akan menertawakan kekonyolan orang Indonesia saat memanjat pohon pinang yang diatasnya terdapat banyak hadiah berupa bahan masakan dan peralatan dapur. Namun, dari panjat pinang tersebut orang-orang Indonesia akan dapat mengambil sisi positifnya yaitu kekompakan. Orang Indonesia semakin menjadi kompak dengan satu tim untuk dapat mencapai hadiahnya. Hingga saat ini perlombaan panjat pinang tersebut seperti perlombaan yang wajib untuk diadakaan setiap memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia.
Di beberapa lokasi di Pulau Jawa, ada tradisi mencengangkan setiap kali bulan Ramadan tiba juga saat merayakan kemerdakaan. Tradisi itu adalah permainan sepak bola api yang dilaksanakan setelah selesai menunaikan ibadah salat tarawih/ isya. Ada yang menganggap sebagai hiburan, ada juga yang meyakini sepak bola api adalah latihan kekebalan diri.
Tradisi tak biasa ini barangkali akan membuat mayoritas orang memilih mundur daripada mengikutinya. Pasalnya, seperti namanya, bola yang dipakai bukan bola biasa. Sepak bola ini menggunakan buah kelapa yang disiram atau direndam dalam minyak tanah, kemudian dibakar hingga api menyala. Para santri di berbagai pesantren di kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur sangat menggemari permainan yang menjurus bahaya ini. Misalnya, di Pondok Pesantren Nurul Islam yang terletak di Kota Probolinggo, Jawa Timur. Contoh lainnya adalah Pondok Pesantren Singo Ludiro di Sukoharjo, Jawa Tengah.
Anehnya, meski api berkobar, kaki mereka tidak terluka. Para santri justru sangat bersemangat untuk memainkannya setelah fokus beribadah di masjid atau mushala. Pengurus Pondok Pesantren Nurul Islam, Mukhlas menyebut sepak bola api merupakan ujian ilmu kekebalan para santri. Sebabnya adalah sebelum bermain mereka terlebih dulu diberi ilmu tersebut oleh para kiai. Tak hanya para santri, masyarakat pada umumnya bisa ikut melaksanakan tradisi bermain sepak bola api setelah tarawih. Mereka mengaku tak harus ada ilmu tertentu yang dikuasai agar mampu bertahan menggiring dan menendang bola api dengan kaki telanjang tanpa terluka.
Salah satu dari para pemain berkata bahwa yang paling dibutuhkan untuk bermain sepak bola api adalah "mental kuat untuk berani menggiring bola dan menendangnya lebih lama." Ada juga warga Kampung Jakung, Serang, Banten yang turut menyelenggarakan tradisi tahunan tersebut.